RENCANA KERJA PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
Perancangan struktur dan konstruksi bangunan bertingkat rendah adalah proses merancang bangunan yang tidak hanya berhubungan dengan permasalahan struktur saja namun juga aspek bangunan yang lain yang harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Rancangan bangunan yang berhasil adalah rancangan yang dapat mengoptimalkan perpaduan kepentingan pada bangunan, sehingga pertimbangan-pertimbangan disain harus dipadukan dengan seluruh kepentingan bangunan itu. Struktur dalam arsitektur bukanlah pembatas tetapi fasilitas.
A. Pengertian Bangunan Bertingkat
Gambar 1-1. Jenis Bangunan berdasarkan Ketinggian dan Jumlah Lantai
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya tampung suatu kota dapat ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.
Bangunan bertingkat pada umumnya dibagi menjadi dua, bangunan bertingkat rendah dan bangunan bertingkat tinggi. Pembagian ini dibedakan berdasarkan persyaratan teknis struktur bangunan. Bangunan dengan ketinggian di atas 40 meter digolongkan ke dalam bangunan tinggi karena perhitungan strukturnya lebih kompleks. Berdasarkan jumlah lantai, bangunan bertingkat digolongkan menjadi bangunan bertingkat rendah (2 – 4 lantai) dan bangunan berlantai banyak (5 – 10 lantai) dan bangunan pencakar langit. Pembagian ini disamping didasarkan pada sistem struktur juga persyaratan sistem lain yang harus dipenuhi dalam bangunan.
B. Perancangan Bangunan Bertingkat
Walaupun termasuk bangunan bertingkat, bangunan berlantai dua relatif dapat dilakukan dengan cara yang tidak terlalu rumit. Persyaratan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk jenis bangunan ini juga masih relatif sederhana, terutama untuk bangunan permukiman. Namun demikian, karena bangunan ini sudah tidak sesederhana bangunan tunggal satu lantai, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merencana, yaitu; kesesuaian ruang dan fungsi, kekuatan struktur, keamanan dan keselamatan bangunan, kenyamanan bangunan dan sebagainya. Sehingga ketika proses kepengurusan IMB, dokument atau gambar harus menunjukkan aspek-aspek tersebut di atas secara benar, yang macam dan jenisnya relatif tergantung dari kebijakan peraturan masing-masing daerah di mana bangunan akan didirikan. Dengan demikian, perancangan bangunan bertingkat 2 lantai bagi seorang arsitek tidak hanya berkaitan dengan masalah keindahan dan bentuk bangunan semata, tetapi juga bagaimana bangunan selain bentuknya indah juga berfungsi dengan optimal dapat memberikan keamanan dan kenyamanan pada penggunanya dan lingkungan di sekitarnya.
C. Perancangan Struktur dan Konstruksi dalam Arsitektur
Perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur tidak hanya membahas teori macam dan detail dari sistem struktur dan konstruksi, tetapi juga kepada bagaimana aspekaspek bangunan seperti sistem struktur dan konstruksi bangunan itu sesuai dengan fungsi, keamanan dan kenyamanan bangunan dan lingkungannya. Perancangan struktur ditujukan kepada disain sistem struktur dan aspek yang terkait, sedangkan perancangan konstruksi ditujukan pada bagaimana memenuhi optimalisasi sistem itu dengan bagian-bagian serta hubungan elemen-elemen bangunan. Sehingga perancangan struktur dan konstruksi dalam arsitektur hampir meliputi sebagian besar proses teknis perancangan bangunan.
D. Aspek-aspek Perencanaan dan Perancangan Struktur dan Konstruksi
Untuk mendapatkan hasil perancangan yang ideal, perencana struktur dan konstruksi harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dalam perancangan. Aspek-aspek tersebut meliputi:
1.1.1 1. Struktur
Gambar 1-4. Aspek Sistem Struktur
Aspek struktur adalah aspek yang membahas kekuatan dan stabilitas bangunan. Struktur meliputi pemilihan jenis sistem struktur dan konfigurasinya, serta bagaimana sistem ini dapat membentuk ruang, karena di dalam bangunan gedung struktur bertugas mewadahi fungsi ruang. Sistem struktur dalam pembahasan ini dibagi menjadi bagian-bagian lebih kecil yang disebut dengan elemen struktur misal; elemen rangka atap, rangka utama, dan pondasi. Seluruh bagian atau elemen dari berbagai sistem struktur akan mempunyai tanggung jawab utama sebagai pemikul beban bangunan. Karena fungsinya tersebut, sistem struktur tidak dapat dihilangkan namun dapat digantikan satu jenis struktur dengan struktur yang lain. Ketersediaan ragam struktur dan elemennya serta kemungkinan pemilihannya adalah bahasan pokok dalam perancangan struktur. Apapun pilihan yang diajukan akan selalu benar jika sesuai dengan maksud-maksud atau aspek-aspek lain dalam bangunan.
2. Konstruksi
Konstruksi adalah bentuk rangkaian atau kedudukan baik dari antar atau inter elemen struktur. Konstruksi ini memperjelas perancangan bangunan. Wujud perancangan konstruksi dalam bangunan gedung adalah gambar-gambar detail yang menunjukkan secara teknis bagian-bagian dan kedudukannya serta keterangan-keterangannya. Karena bersifat menjelaskan dari solusi disain, maka rancangan konstruksi sebuah bangunan akan terikat dengan bangunan secara khusus dan tidak dapat disamakan dengan bangunan lain. Satu konstruksi dalam perancangan struktur akan menjelaskan bagaimana pertimbanganpertimbangan terhadap aspek lain juga diperhatikan, misalnya penggunaan bahan, ukuran, kedudukan, cara pengerjaan, finishing dan sebagainya. Tanpa gambar konstruksi yang jelas bangunan tidak dapat didirikan dengan benar dari berbagai aspek.
Gambar 1-5. Aspek Konstruksi dan Bahan Bangunan
3. Bahan Bangunan
Bahan bangunan adalah aspek pokok berkaitan dengan pemakaiannya dalam struktur ataupun konstruksi serta sifat-sifat fisik yang akan diberikan pada bangunan. Pemakaian bahan tertentu akan mempengaruhi setiap aspek lain dalam perancangan. Karena pemakaian bahan tertentu akan mengakibatkan keriteria-kriteria lain pada bangunan (konstruksi, harga, tekstur, warna, kekuatan, keawatan dan sebagainya), maka pemakaian bahan bangunan juga dapat sangat menentukan disain bangunan secara luas.
4. Fungsi Bangunan
Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwadahi dalam struktur, sehingga pembahasannya wajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh ruang. Karena menentukan ruang maka struktur dan konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harus memperhatikan persyaratan ruang. Bangunan tidak akan berhasil mewadahi fungsi jika kegiatan di dalamnya tidak difasilitasi oleh ruang. Fasilitasfasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas pada bangunan yang sangat tergantung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut di atas.
5. Site / Lokasi Bangunan
Site atau lokasi juga akan berpengaruh terhadap aspek lain karena memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait semacam iklim mikro lingkungan, keadaan tanah termasuk kekuatan dan topografinya, ketersediaan bahan bangunan, ketetanggaan dengan bangunan lain dan sebagainya. Informasi pada site ini juga sangat menentukan tindakan-tindakan yang akan diambil dalam perancangan struktur. Bentuk bangunan seperti apa, sistem struktur yang mana yang sesuai, pemakaian bahan yang bagaimana yang tepat dan bagaimana bentukan bersikap dengan bangunan di sekitarnya baik untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentingan lingkungan sekitar, akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.
Gambar 1-6. Aspek Site pada Bangunan
6. Sistem – sistem Bangunan
Persyaratan ruang yang harus dipenuhi dalam bangunan harus diwujudkan ke dalam sistem-sistem bangunan atau utilitas. Sistem-sistem meliputi antara lain pengudaraan, pencahayaan, distribusi air bersih dan sanitasinya dan sebagainya, akan menuntut bentukan- bentukan dan fasilitas struktur dan konstruksi tertentu untuk dapat terjaminnya proses kerja sistem tersebut. Oleh karena itu bentukan struktur dan konstruksi beserta ruang yang terbentuk di dalamnya akan sangat ditentukan oleh pencapaian sistem tertentu dalam bangunan. Strategi pencapaian ini tentu saja tidak akan sama untuk setiap bangunan karena pada bangunan yang berbeda banyak aspek berbeda pula yang saling mempengaruhi sehingga disain sistem dan kaitannya dengan struktur dan konstruksi ini dalama perancangan bangunan memang harus dilihat secara spesifik.
Gambar 1-7. Aspek Bangunan yang Lain
7. Ekonomi Bangunan
Yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah ekonomi bangunan. Mulai dari aspek ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan hingga perawatan. Karena aspek ekonomi bangunan ini akan berada pada semua tahap dalam perancangan, maka faktor ini harus difikirakan pada setiap pentahapan bangunan. Idealnya semua pentahapan pembangunan harus menggunakan beaya yang seminimal mungkin, namun dengan hasil yang seoptimal mungkin. Dengan demikian harus diputuskan alokasi pembeayaan yang proporsional yang jelas. Bukan berarti harga awal yang rendah berarti dapat menjadikan harga ekonomi yang baik karena masih juga dipertimbangkan harga-harga lain termasuk konstruksi, tenaga kerja dan perawatan. Secara umum pada tahap perencanaan, semakin tinggi tingkat persayaratan ruang yang berkaitan dengan bentuk, fungsi dan sistem akan menyebabkan waktu yang relatif lama pada tahap perencanaan dan perancangan. Namun tingginya beaya perencanaan dan perancangan atas waktu ini harus diimbangi dengan rendahnya proses pembangunan hingga pemeliharaan bangunan. Demikian juga sebaliknya, yang harus dihindari adalah tingginya aspek beaya pada setiap pentahapan pembangunan yang tidak diperlukan, sehingga bangunan memang dapat didirikan dengan waktu dan beaya yang semestinya.
ITEM UNTUK PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan diawali dengan pembersihkan lahan dari rumput, humus, pohon dan dari sampah. Selanjutnya dilakukan pemasangan pagar pengaman pada sekeliling area proyek penentuan as dan peil bangunan, terakhir pemasangan bouwplank. Selain itu air kerja dan listrik kerja harus sudah diperhitungkan penyediaannya oleh pemborong dengan membelinya. Administrasi proyek juga diurus pada pekerjaan persiapan.
B. PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan tanah dimulai dengan pekerjaan galian tanah. Kemudian mengurug lantai pondasi dengan pasir. Setelah itu mengurug tanah kembali.
C. PEKERJAAN PONDASI
Pekerjaan pondasi dimulai dari pemasangan profil pondasi, lalu memasang batu kali dengan adukan.
D. PEKERJAAN BETON BERTULANG
Pekerjaan beton bertulang diawali dari pekerjaan sloof, kolom, balok, plat, dan terakhir ring balk. Tahap awal pada tiap-tiap item pekerjaan di atas adalah pekerjaan pembesian, lalu memasang bekisting, betonisasi, melepas bekisting, dan terakhir merawat beton.
E. PEKERJAAN DINDING
Pekerjaan dinding diawali dengan memasang batu bata kemudian dilanjutkan pekerjaan plesteran. Pekerjaan dinding dilakukan setelah pekerjaan kolom, balok, dan plat selesai. Pemasangan pasangan batu bata dilakukan diatas sloof. Pemasangan harus lurus, tegak, tidak siar dan tidak ada batu bata yang pecah melebihi 5 % dan pemasangan batu bata maksimal 1 m per hari.
Pekerjaan plester yaitu bagian yang akan diplester disiram dengan air terlebih dahulu dan plesteran harus menghasilkan bidang yang rata dan sponeng yang lurus. Semua dinding harus diplester dengan 1pc : 3ps untuk pasangan.
F. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA
Pekerjaan kayu merupakan pekerjaan kering harus dipisahkan dari pekerjaan pasangan dan pekerjaan beton yang merupakan pekerjaan basah. Pemisahan ini untuk memperjelas jenis pekerjaannya dan tidak saling menggaggu pekerjaan dan pengangkutan material.
G. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
Pekerjaan penutup atap diawali dengan pemasangan kuda-kuda, kemudian pemasangan rangka atap, gording, reng, usuk, dan terakhir pemasangan genteng.
H. PEKERJAAN SANITASI
Pekerjaan sanitasi dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan Bouwplank atau setelah pemasangan plafond dan sebelum pemasangan lantai. Pekerjaan ini meliputi pembuatan septictank, pemasangan pipa-pipa, pemasangan kloset dan bak mandi. Pemasangan kloset dan pipa perlu diperhatikan agar semuanya berfungsi dengan baik dan tidak ada yang bocor.
I. PEKERJAAN KERAMIK
Pekerjaan keramik terdiri dari lantai keramik dan dinding keramik.Bahan lantai keramik 30 x 30 cm dan keramik 20 x 20 cm. Sedang bahan dinding keramik adalah keramik 20 x 20 cm. Keramik yang akan dipasang menggunakan spes dan harus disetujui terlebih dahulu oleh direksi. Pemasangan nat sesuai dengan warna keramik dan lantai tidak boleh bergelombang.
J. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
Pekerjaan instalasi listrik dikerjakan mulai saat atau setelah pemasangan Bowplank atau sebelum pemasangan plafond dan sebelum pengecatan dinding. Pekerjaan ini meliputi pemasangan titik lampu pada tempat yang telah ditentukan dan pemasangan saklar dan stop kontak. Pemasangan kabel pada dinding menggunakan pipa sebagai selubung kabel. Penyelesaian dinding sebagai akibat dari pemasangan saklar perlu diperhatikan dan permukaan dinding harus tetap rapi.
K. PEKERJAAN KUNCI DAN TERALIS TANGGA
Pekerjaan memasang kunci terdiri dari kunci tanam biasa dan kunci tanam kamar mandi.
L. PEKERJAAN FINISHING
Setelah semua pekerjaan selesai kemudian mengecat bangunan dan terakhir merapikan dan membersihkan bangunan kembali.
PENJELASAN TIAP ITEM PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Pembersihan lahan
Membersihkan lahan dari rumput, humus, pohon dan dari sampah. Arah pekerjaan ditentukan dengan mempertimbangkan urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan berikutnya pembersihan yang merata.
B. Pembuatan pagar pengaman
Pagar terbuat dari seng gelombang dengan tinggi 2 m dan kayu dolken. Dipasang mengelilingi lahan proyek
C. Penentuan as dan peil bangunan
As dan peil bangunan menentukan letak/posisi dan orientasi bangunan Posisi As bangunan bdiukur dari titik acuan yang telah ditentukan As bangunan harus ditandai dengan jelas(umumnya dengan warna merah) dan diletakan pada ketinggian referensi (mis. + 0,00) As bangunan ini menjadi acuan/referensi as-as yang lain untuk mementukan posisi pondasi, kolom, lantai, dll, pada bangunan yang akan dibuat
D. Pemasangan bouwplank
Bowplank adalah papan-papan yang dipasang disekitar lokasi pekerjaan Kayu yang digunakan adalah kayu 5/7 x 4m dan kayu papan 3/20 Bowplank dipasang mendatar sesuai ketinggian rencana, dan dipaku pada beberapa tempat untuk menarik benang-benang as. Benang-benang as ini menjadi acuan dalam semua pekerjaan yang menyangkut letak elemen bangunan, lebar pondasi dan tembok, kedalaman galian, dan ketinggian elemen bangunan (lantai, pintu, jendela, dll) Bowplank tidak perlu dipasang menerus, pada beberapa tempat dapat dikosongkan untuk jalan pekerja
II. PEKERJAAN TANAH
A. Pekerjaan galian tanah
Gali tanah sesuai lebar pondasi bagian bawah dan kedalaman rencana
Gali sisi-sisi miringnya sehinga dicapai sudut kemiringan yang tepat
Tanah hasil galian diletakkan di pinggir galian diluar bouwplank, yang nantinya untuk pekerjaan pengurugan kembali. Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya, sesuai dengan rencana
Pekerjaan urugan pasir
Parit pondasi diurug pasir setebal 10 cm
B. Pekerjaan urugan tanah
Dilakukan urugan kembali terhadap pondasi yang telah terpasang.
Pemborong harus melaporkan kepada konsultan pengawas tentang rencana jaringan listrik, telepon, septictank dan lain-lain apabila akan memulai pekerjaan pondasi.
Bekas lubang dan parit dalam bangunan harus ditimbun dengan pasir urug dan dipadatkan.
III. PEKERJAAN PONDASI
A. Pasangan pondasi batu kali
Pondasi bangunan yang digunakan adalah pondasi batu kali / batu gunung yang memenuhi persyaratan teknis atau sesuai keadaan dilapangan .
Pasangan pondasi adalah dari batu kali, ukuran pondasi sesuai dengan gambar rencana pondasi atau pondasi batu belah dengan perekat 1pc : 3kp : 10 ps dan kemudian diplester kasar , bagian bawah pondasi dipasang batu kosong (aanstamping) tebal 20 cm dengan sela- selanya disisi pasir urug, disiram air sampai Penuh dan ditumbuk hingga padat dan rata.
Celah–celah yang besar antara batu diisi dengan batu kecil yang cocok padatnya.
Pasangan pondasi batu kali tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat diantaranya hinga rapat.
Pada pasangan batu kali sudah harus disiapkan anker besi untuk kolom, kedalaman anker 30 cm harus dicor dan panjang besi yang muncul diatasnya minimal 75 cm.
Cor stek kolom dan rapikan kembali
Setelah pasangan mengeras, tanah dapat diurug kembali
IV. PEKERJAAN BETON BERTULANG
A. Pembesian
Cara pengerjaan tulangan balok :
Buat tulangan sengkang dengan syarat :
bengkokan kait minimal 90o ditambah perpanjangan 12d
atau bengkokan kait 135o ditambah perpanjangan 6d
pembengkokan dilakukan dalam keadaan dingin
Potong tulangan memanjang dan bentuk sesuai gambar kerja
Masukan tulangan-tulangan memanjang balok pada sela-sela tulangan kolom/balok disebelahnya sesuai dengan dimensi balok dan posisi tulangan
Masukan sengkang-sengkang balok sesuai dengan jumlahnya
Masukan tulangan-tulangan memanjang balok pada ujung yang lain ke sela-sela kolom/balok sebelahnya
Ikat sengkang dengan tulangan memenjang sesuai dengan jarak sengkang yang ditentukan dengan menggunakan kawat bendrat
Cek kembali hasil pabrikasi dengan gambar kerja yang ada
Pasang pengatur jarak selimut beton/ decking
B. Bekisting
Bekisting dibuat dengan bahan kayu kelas III (terentang) dan balok kayu kelas II, serta dolken diameter 8/400
Cek jarak sabuk kolom/balok/sloof/ring balk
Cek pertemuan panel sudut bekisting
Permukaan plywood dibersihkan dan dilumasi minyak bekisting
Penyetelan sabuk dan kayu support bekisting
Pemberian mortar pada dudukan bekisting, pastikan mortar yang ditabur mengering
C. Betonisasi
Digunakan beton mutu K-300 dengan campuran 1PC:2PS:3KR
Untuk kolom pengecoran dilakukan tiap satu meter
Untuk plat dan balok pengecoran dilakukan sekaligus
Vibrasi yang cukup selama pengecoran
Pengetokan pada keliling luar bekisting
Untuk beton pada lantai 2 dari molen diangkut secara bertahap ke lantai 2
D. Pelepasan bekisting
Satu hari setelah pengecoran, bekisting dilepas
Melepas scafolding
Melepas plywood
E. Perawatan beton
Menyiram beton setiap siang dan sore selama minimal 3 hari
Menutupi dengan karung basah
V. PEKERJAAN DINDING
A. Pekerjaan pasangan batu bata
Pasang acuan kayu (profil) secara vertikal pada setiap ujung dinding yang akan dipasang.
Di ukur dan di tandai jarak setiap ketinggian pasangan bata / batako dan di kontrol kesetimbangan horisontalnya antara ujung satu dengan yang lainnya.
Basahi bata yang akan di pasang sampai tidak menyerap air.
Beri adukan mortar (sebagai perekat) pada setiap sambungan antara batu bata dan pada setiap sambungan atas dan bawah dari batu bata tidak boleh membentuk garis lurus/vertikal.
Usahakan potongan batu bata yang besarnya kurang dari setengahnya tidak dipakai atau tidak dipasang.
Tinggi pemasangan dinding batu bata dalam satu hari supaya tidak lebih dari 1 meter, untuk menjaga keruntuhan.
B. Pekerjaan plesteran dinding
Siapkan material yang akan di pakai pada lokasi yang terdekat atau strategis dari dinding yang akan di plester.
Siram permukaan bata / bataco dengan air sampai basah secara merata ( curing ).
Buat adukan untuk kamprotan dengan perbandingan tertentu (misalkan = 1 pc : 2 ps)
Lakukan kamprotan pada bidang yang telah dicuring dengan jarak lemparan ± 50 cm dari permukaan yang dikamprot dengan ketebalan 15 ~ 20 mm.
Setelah bidang yang dikamprot kering, lakukan penyiraman ( curing ) selama 3 hari ; pagi, siang & sore.
Setelah itu mulailah membuat caplakan dengan adukan 1 pc : 3 ps.
Buat kepalaan dengan ketebalan 15 mm.
Lanjutkan dengan penyiraman jika kepalaan telah mengering.
Pastikan bidang yang akan diplester telah dicuring.
Buat adukan 1 pc : 3 ps, gunakan pasir yang diayak ( halus ).
Lakukan plesteran pada bidang – bidang yang telah ada kepalaannya sampai selesai seluruh permukaan pada setiap bagian dengan cara dilempar dari jarak ± 50 cm
Gunakan jidar untuk meratakan permukaan sesuai dengan kepalaan.
Saat plesteran setengah kering, gunakan roskam untuk mengosok permukaan dinding sampai halus & rata.
Lanjutkan dengan curing selama 7 hari : pagi, siang dan sore sampai permukaan plesteran benar – benar basah seluruhnya.
Setelah cukup usia curing, keringkan bidang tersebut selama 1 hari.
Haluskan permukaan dinding dengan amplas halus.
Plamir bidang – bidang plesteran yang telah kering dengan menggunakan plamir yang baik.
Lakukan sebanyak 3 lapis ( tiga kali pelaksanaan ) sampai dinding benar – benar rata dan halus.
VI. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA
A. Pemasangan kusen
Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau.
Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen.
Pasang angker pada kusen secukupnya.
Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu/jendela.
Setel kedudukan kusen pintu/jendela sehingga berdiri tegak dengan menggunakan unting-unting.
Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan kokoh.
Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh.
Cek kembali kedudukan kusen pintu/jendela, apakah sudah sesuai pada tempatnya, ketinggian dan ketegakan dari kusen.
Bersihkan tempat sekelilingnya.
B. Pemasangan daun pintu dan jendela
Ukur lebar dan tinggi kusen pintu/jendela.
Ukur lebar dan tinggi daun pintu/jendela.
Ketam dan potong daun pintu/jendela (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi).
Masukkan/pasang daun pintu/jendela pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun kearah tinggi.
Lepaskan daun pintu/jendela, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu/jendela dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel)
Masukkan/pasang lagi daun pintu/jendela pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu/jendela tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu/jendela.
Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu/jendela dengan cara melepas pennya, kemudian pasang/tanam pada tiang kusen
Pasang kembali daun pintu/jendela pada kusennya dengan memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga
terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya.
Coba daun pintu/jendela dengan cara membuka dan menutup.
Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu/jendela dengan cara melepaskan pen.
Stel lagi sampai daun pintu/jendela dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus dengan kusen
C. Pemasangan kaca
Letakkan daun pintu/jendela dengan posisi alur terletak pada bagian atas. Usahakan letakkan pada meja yang luasnya minimal sama dengan luas daun pintu. Atau letakkan pada lantai yang datar.
Haluskan seluruh sisi kaca agar tidak tajam.
Pasangkan lembaran kaca dengan hati-hati, gunakan selembar karton atau kain untuk memegang kaca.
Pasang paku pada list kayu sebelum dipasang pada keempat sisi daun pintu/jendela.
Setelah lis terpasang, perlahan masukkan paku dengan martil.
Sebaiknya letakkan selembar kain di atas permukaan kaca yang sedang dipasang lis kayu. Ini untuk menghindari goresan pada permukaan kaca karena gerakan martil
VII. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
A. Pemasangan kuda-kuda
Pengangkutan kuda-kuda, bahan dan alat ke lokasi proyek
Pekerjaan pengecatan rangka kuda
Pekerjaan perangkaian kuda-kuda
Pekerjaan menaikan kuda-kuda keatas atap
Rangka kuda-kuda ditempatkan pada angkur yang terdedia, besi angkur merupakan tulangan dari kolom yang dilebihkan sebagai pengikat antara kuda-kuda dan dinding.Angkur kemudian ditempatkan pada plat dudukan kuda-kuda yang sudah dilobangi, kemudian angkur dan plat dudukan kuda-kuda tersebut disambung dengan baut angkur 12 mm.
B. Pemasangan rangka atap
Perangkaian ikatan angin vertikal
Pekerjaan menaikkan ikatan angin vertikal
Setelah ikatan angin vertikal dinaikkan, pekerjaan selanjutnya adalah perangkaian antara ikatan angin vertikal dengan kuda-kuda
Setelah ikatan angin terpasang, kemudian balok nok dipasang pada rangka atap.
C. Pemasangan gording
Pengecatan gording
Memindahkan bahan gording ke lantai atas
Gording ditempatkan diatas kuda-kuda pada titik buhul kuda-kuda
Pemasangan genteng
Sebelum dilakukan pekerjaan pemasangn genteng sebelumnya disiapkan diatas atap (disusun) pada titik-titik tertentu.
Genteng dipasang secarah horisontal terlebih dahulu pada bagian atas.
Setelah pada bagian paling atas terpasang diteruskan pada bagian bawahnyasecara horizontal.
Dengan cara pemasangan genteng pada bagian atas diangkat atau diungkit setelah itu dimasukan genteng pada bagian bawahnya.
Pertemuan dengan jurai genteng dipotong dengan bentuk segitiga agar rapi.
E. Pemasangan lisplank
Papan lisplank dipaku pada rangka listplank
Pada sambungan papan lisplank dibuat sambungan bibir lurus.
Setelah selesai pemasangan tahap berkutnya yaitu dilakukan pendempulan dan pengecatan
F. Pemasangan plafond gypsum
Tentukan / marking elevasi plafond dan buat garis sipatan pada dinding & as sumbu ruangan serta titik – titik paku kait pada langit- langit dengan jarak sesuai shop drawing.
Pasang paku kait. tembakan paku – paku kait pada marking titik - titik yang telah ada 600 x 1200 mm.
Pasang penggantung rangka plafond ( rod ) yang terdiri dari hanger dan clip adjuster ( ex. Boral type 223 ), dengan posisi tegak lurus.
Pasang rangka tepi ( steel hollow ) & wall angle profil l 20 x 20 mm atau moulding profil w sebagai list tepi tepat pada sipatan marking elevasi plafond.
Tentukan jarak penempatan kait penggantung.
Pasang tarikan benang sebagai pedoman penentu kelurusan dan ketinggian rangka plafon
Pasang rangka utama / top cross rail ( ex.boral type 201 ) dengan jarak 1200 mm.
Pasang rangka pembagi / furing chanel ( ex.boral type 204 ) dengan jarak 600 mm menggunakan locking clip ( ex. Boral type 210 ).
Pasang dan kencangkan clip / rod.
Pasang panel gypsum pada rangka dengan sekrup ceiling menggunakan screw driver dengan jarak 60 cm dan setiap sambungan harus tepat pada rangka.
Cek kerapihan dan kerataan bidang plafond dengan menggunakan waterpass.
Perataan sambungan plafond dengan men gunakan ceiling net / lakban.
Kemudian ditutup dengan paper tape dan compound ceiling.
Setelah itu diamplas
Finish permukaan plafond gypsum tersebut dengan cat.
Ratakan permukaan plafon gypsum menggunakan plamur sampai terlihat rata dan lurus.
Haluskan dengan amplas sampai rata dan benar – benar halus.
Cat seluruh permukaan plafond secara merata dengan kuas untuk bagian tepi dan sudut, serta rol cat untuk bidang luas
G. Pemasangan plafond tripleks
Buat marking elevasi, as dan jarak penggantung rangka plafon sesuai dengan shopdrawing. ( untuk menentukan ketinggian plafond )
Pasang benang nylon dua sisi dan sejajar sebagai pedoman kelurusan & ketinggian rangka, sesuai elevasi yang telah dibuat.
Pasang instalasi terlebih dahulu sebelum memasang rangka plafond.
Pasang rangka plafond (yang telah dihaluskan, dimeni & dipotong) sesuai marking yang telah dibuat.
Periksa kelurusan dan kerataan rangka menggunakan waterpass & siku besi.
Potong panel plafond plywood dengan gergaji sesuai shop drawing.
Haluskan bekas potongan plywood dengan amplas.
Pasang panel plafond plywood tersebut dengan mengatur :
kelurusan & kerapatan nad plafond
kerataan plafond
Pemasangan plafond dimulai dari tepi ( mengikuti gambar kerja) dan diperkuat dengan paku yang diketok dengan palu besi.
Cek kerataan permukaan plafond yang sudah jadi dengan waterpass.
Rapikan & haluskan permukaan plafond plywood yang telah terpasang dengan amplas sampai rata / licin.
Bersihkan permukaan yang telah diamplas dengan kain lap.
VIII. PEKERJAAN SANITASI
A. Pemasangan kloset duduk
B. Pemasangan kloset jongkok
C. Pemasangan kran air
D. Pemasangan bak cuci piring
E. Pekerjaan bak mandi
F. Pekerjaan bak peresapan
G. Pekerjaan septictank
H. Pemasangan pipa PVC 1/2”
I. Pemasangan pipa PVC 3/4”
J. Pemasangan pipa PVC 3”
K. Pemasangan pipa PVC 4”
IX. PEMASANGAN KERAMIK
A. Pemasangan lantai keramik
Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang akan digunakan.
Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan lain – lain.
Sortir keramik agar menghasilkan keseragaman :
- ukuran / dimensi.
- presisi.
- warna.
Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air ( ember ) selama 1 jam.
Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan / tatakan keramik, setelah pro ses perendaman.
Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai. Penentuan peil ini untuk seluruh kesatuan
Pasang benang arah horizontal dan vertikal pada lantai sesuai elevasi pada shop drawing. Kedudukan benang harus datar dan siku , apabila dinding yang ada adalah dinding keramik, maka kedudukan nad lantai harus disesuaikan dengan yang ada pada dinding.
Pasang keramik sebagai pasangan kepalaan , sepanjang garis dasar yang telah terpasang
Cek kesikuan keramik dengan besi siku dan kerataan elevasi keramik dengan waterpass.
Isi bagian / daerah permukaan lantai yang lain nya dengan adukan / spesi.
Setelah itu pasang keramik berikutnya sesuai posisinya sampai selesai, usahakan supaya tidak ada las – lasan
Jika keramik sudah terpasang semua, ketuk per mukaan keramik dengan palu karet untuk mendatarkan / meratakan permukaan keramik supaya tidak rusak / cacat.
Setelah itu cek kerataan elevasi keramik dengan waterpass
Bersihkan permukaan pasangan keramik yang telah terpasang dengan kain / lap basah sampai bersih.
Untuk menghindari naiknya lantai ( menggelembungnya lantai ) maka buatlah delatasi.
Kemudian siapkan isian / bahan cor nad pada bak air ( ember ) dan aduklah hingga rata
Setelah adukan rata , isi sela – sela nad dengan bahan cor nad dengan menggunakan sendok spesi ( sekop ). Pengisian nad dilakukan apabila kedudukan keramik telah kuat atau spesi telah kering
Kemudian rapikan nad tersebut dengan cape.
Diamkan dan tunggu sampai nad tersebut benar -benar kering.
Setelah kering, bersihkan permukaan pasangan keramik yang sudah dipasang nad dari sisa – sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain / lap basah sampai bersih
B. Pemasangan dinding keramik (20×20)
Siapkan peralatan dan bahan – bahan yang akan digunakan.
Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan lain – lain.
Sortir keramik agar menghasilkan keseragaman : :
ukuran / dimensi.
presisi.
warna.
Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air ( ember ) selama 1 jam.
Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan / tatakan keramik, setelah pro ses perendaman.
Membuat garis-garis sipatan waterpas pada dinding keramik keliling +/- 1m untuk menentukan ketinggian dan kedataran pemasangan keramik.
Membuat lot pada dinding di tiap pojok ruangan dan kesikuannya serta garis pertengahan dinding untuk pembagian keramik.
Mengukur jarak-jarak dinding untuk lebar dan tinggi ruangan, serta bagian-bagian yang terpasang pada ruangan tersebut.
Berdasarkan data – data pengukuran kemudian membuat gambar kerja untuk pembagian pemasangan keramik dinding tersebut.
Ukuran pemasangan keramik mengikuti gambar yang sudah dibuat sebelumnya sebagai acuan kerja.
Pada pelaksanaan pekerjaan keramik dinding, sebaiknya keramik lantai belum terpasang sehingga nantinnya mendapat nut yang segaris antara dinding dan lantai.
Pemasangan keramik harus padat dan rata sehingga tidak ada keramik dengan spesi kosong
Membuat kepalaan keramik baik secara horisontal maupun vertikal mengikuti garis sipatan dan lot ketegakan yang telah dibuat sebelumnya.
Sebelum keramik dipasang sebelumnya dinding dibasahi terlebih dahulu dengan air.
X. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
Semua hantaran (kabel) yang ditarik dalam pipa / cabelduct harus diusahakan tidak tampak dari luar (tertanam).
Pemasangan pipa harus dilaksanakan sebelum pengecoran. Pemasangan sparing-sparing listrik yang melintas di plat, balok, kolom beton harus dipasang terlebih dahulu sebelum pengecoran, kabel diusahakan dimasukkan bersamaan dengan pemasangan sparing.
Pipa yang dipasang pada dinding dilaksanakan sebelum pekerjaan plesteran dan acian dikerjakan.
Penempatan sambungan/percabangan harus ditempatkan di daerah yang mudah dicapai untuk perbaikan (perawatan).
Sambungan harus menggunakan klem / isolasi kabel supaya terlindung dengan baik sehingga tidak tersentuh atau menggunakan lasdop dan ditempatkan pada Te Dos.
Lekukan/belokan pipa harus beradius > 3 kali diameter pipa dan harus rata (untuk memudahkan penarikan kabel).
Jaringan arde harus dipasang tersendiri/terpisah dengan arde penangkal petir.
- tidak boleh ada sambungan
- dihubungkan dengan elektroda pentanahan
- ditanam sampai minimal mencapai air tanah
Pada hantaran di atas langit-langit, harus diklem pada bagian bawah plat / balok atau pada balok kayu rangka langit-langit.
Untuk hantaran/tarikan kabel yang menyusur dinding bata/beton pada shaft harus diklem atau dengan papan dan kabeltrey bila jaringan terlalu rumit (banyak).
Stop kontak dan saklar. Pemasangan stop kontak setinggi > 40 cm dari lantai, saklar dipasang setinggi
150 cm dari lantai (bila tidak ditentukan spesifikasinya). Pemasangan stop kontak dan saklar harus rata dengan dinding.
Box / kotak Panel bodynya harus diarde, untuk menghindari adanya arus.
XI. PEKERJAAN KUNCI DAN TERALIS BESI
Kunci tanam
Kunci kamar mandi
Engsel pintu
Engsel jendela
Teralis tangga
XII. PEKERJAAN FINISHING
A. Pengecatan
Bersihkan permukaan dinding dari debu , kotoran dan bekas percikan plesteran dengan kain lap.
Lindungi bahan – bahan / pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang akan dicat dengan kertas semen / koran dan lakban.
Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian – bagian dinding yang retak & kurang rata dengan plamir, kemudian tunggu sampai kering.
Haluskan plamir yang telah kering dengan amplas hingga rata.
Cek, kerataan permukaan dinding.
Jika permukaan sudah rata, maka lakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang yang luas & dengan kwas untuk bidang yang sempit ( sulit ).
Jika cat dasar tersebut sudah kering, lakukan pengecatan finish yang pertama.
Jika cat finish yang pertama sudah kering, lakukan pengecatan finish yang kedua / terakhir ( jumlah pelapisan cat sesuai dengan spesifikasi ).
Cek kerataan pengecatan yang terakhir.
Apabila sudah rata, bersihkan cat - cat yang mengotori bahan – bahan / pekerjaan lain yang seharusnya tidak terkena cat dengan kain lap.
B. Pembersihan kembali
NAMA : SYAHRUDIN
NIM : 417110096
JURUSAN : REKAYASA SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM